
Jakarta – Launching buku dan Diskusi solidaritas yang menguatkan dalam sebuah ruang perjumpaan yang memperkuat solidaritas lintas iman, lintas komunitas, dan lintas generasi. Melalui peluncuran buku “Solidaritas yang Menguatkan” serta diskusi tematik, acara ini menghadirkan refleksi mendalam mengenai perjuangan ekologis, kekuatan dialog oikumene, dan peran strategis pemuda adat dalam menjaga keberlanjutan bumi.

Fernando Simanjuntak, SH penulis buku dalam sambutannya menjelaskan mengajak seluruh pemuda setanah air untuk terus menjaga budaya lokal, dan mempertankan ekosistem hutan. Dalam kegiatan ini dihadiri narasumber Donny Manurung, SH,.MH Ketua NCW, Cindy Yohana dari Barisan Pemuda Adat Nusantara, Agung Setiawan Forest Watch Indonesia.
“Saya melaunching buku karya saya hari ini, kita menyaksikan banyak kejadian yang telah terjadi diberbagai tanah adat di Indonesia, saya sebagai pemuda adat Batak melihat konflik tanah adat seperti di Danau Toba Sumatera Utara yang tanahnya dirampas, hutannya di dirusak oleh oknum, buku ini saya buat ditengah bisiknya ibu kota, yang dimana nelayan, buruh, melakukan perlawanan mempertahankan tanah kelahiran dari Pejabat yang merusak lingkungan,” ungkap Fernando dalam sambutannya di Kedai Tempo, Matraman – Jakarta Timur. Sabtu, (06/12/2025).
Fernando menambahkan, mengucapkan terimakasih kepada kedua orangtua yang telah banyak memberikan dukungan dan harapan.
“Saya juga menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya di kampung halaman, yang tak henti-hentinya mendoakan dan mendukung setiap langkah perjalanan saya,” bebernya.
“Melihat kampung halaman sebagai identitas kita bahwa tanahlah sumber kehidupan kita saat ini, jangan sampai hilang, perjalanan dua tahun saya memulai menulis buku ini sebagai pemuda Batak, saya ucapakan terimakasih banyak juga kepada senior yang banyak mensupport,” ungkapnya.
Buku ini bukan hanya sekedar seremonial semata tetapi simbol perlawanan diseluruh pemangku adat nusantara. Kita mejaga warisan budaya saya mengajak kawan-kawan untuk melihat kampung halaman.
Sementara itu, Donny Manurung NCW juga menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya buku ini, dan menyoroti perusahaan nakal yang merusak alam dan pemerintah tidak mencabut izinnya yang banyak terjadi di Sumatera Utara yang mengakibatkan bencana longsor dan banjir akhir-akhir ini.
“Ketika hutan kita dieksploitasi maka hutan dan tanah itu juga tidak tidur maka terjadi bencana alam dimana-mana, hancurnya alam kita karena pemerintah mengabaikan perizinannya, ada dua belas perusahaan yang yang merusak hutan tersebut” jelas Donny.
Agung Setiawan Forest Watch Indonesia menyampaikan bahwa kerusakan lingkungan di Indonesia sangat buruk dan tidak ada perhatian dari pemerintah.
“Menurut analisa kami, kerusakan hutan di Indonesia sangat fatal, bahkan ada yang terus menebang hutan sembarangan tanpa henti. Kita berharap pemerintah harus memperhatikan,” bebernya.
Cindy Yohana dari Barisan Pemuda Adat Nusantara juga memberikan pandangannya tentang perlindungan terhadap masyarakat adat.
“Menurut saya hutan harus dilindungi sebagi ruang hidup, dan ruang belajar, masyarakat adat. Bagi masyarakat adat tidak bisa dipisahkan alam seperti air, kayu, batu dan lainnya,” tutupnya.
