
Probolinggo — Perisaihukum.com
Seperti petir di siang bolong, pernyataan Bupati Probolinggo, Gus Haris, mengenai “ternak LSM dan media oleh OPD” sempat menimbulkan riuh dan polemik di kalangan publik. Namun suasana mulai mereda setelah sang bupati menyampaikan permintaan maaf terbuka atas ucapannya tersebut.
Dengan nada rendah hati, Gus Haris menegaskan tidak pernah bermaksud merendahkan fungsi kontrol sosial masyarakat, terutama insan pers dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang selama ini menjadi mitra kritis dalam pembangunan daerah.
“Saya mohon maaf bila ucapan saya menimbulkan salah tafsir. Sama sekali tidak bermaksud melecehkan, apalagi merendahkan. Saya sangat menghargai peran LSM dan media sebagai mitra pemerintah dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas,” ujar Gus Haris dalam klarifikasinya.
Pernyataan itu bak embun yang menyejukkan di tengah panasnya suasana. Ketegangan yang sempat menguat pun perlahan mereda, meski sebagian pihak masih menanti pembuktian lewat sikap nyata di lapangan.
Sementara itu, Ketua Ikatan Wartawan Probolinggo (IWP), Jamaludin, menyampaikan tanggapan yang bijak namun tetap tegas. Ia menilai permintaan maaf tersebut layak diapresiasi, meski bukan menjadi satu-satunya ukuran tanggung jawab moral seorang pemimpin.
“Kami maklumi bila seseorang tergelincir dalam berbicara di depan publik. Namun kerja nyata dalam memperbaiki infrastruktur dan meningkatkan kualitas kinerja pasca-mutasi jauh lebih penting daripada sekadar permintaan maaf,” ujar Jamaludin, Selasa (21/10/2025).
Lebih lanjut, Jamaludin menambahkan:
“Tiada manusia yang luput dari kesalahan, kecuali insan pilihan yang dimaksum oleh Sang Pencipta, yakni Baginda Rasulullah SAW. Kami berharap ke depan Bupati lebih berhati-hati. Kami juga mengapresiasi klarifikasinya dan mengajak seluruh elemen masyarakat untuk fokus bersama membangun Kabupaten Probolinggo, tanpa lagi memperpanjang polemik pernyataan tersebut.”
Ucapan itu menjadi tamparan halus sekaligus pelukan hangat — menegaskan bahwa jurnalis dan LSM bukanlah lawan, melainkan mitra sejati dalam menjaga arah pemerintahan agar tetap berada di jalur integritas.
Kini, masyarakat Probolinggo menanti langkah nyata Gus Haris setelah permintaan maaf tersebut. Sebab di balik kata maaf, publik berharap adanya tindakan konkret berupa perbaikan, keterbukaan, dan sinergi yang berkelanjutan.
Satu hal yang pasti, dalam riuh politik dan dinamika birokrasi, kerendahan hati seorang pemimpin sering kali menjadi titik balik dari badai yang hampir menenggelamkan.
Penulis: Redaksi / Tim Perisaihukum.com
