
Jakarta, perisaihukum.com
Perayaan Hari Ulang Tahun ke-75 Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) yang digelar di GKI Pondok Indah, Jakarta Selatan, bukan sekadar seremoni, tetapi momentum refleksi mendalam tentang peran gereja dalam kehidupan bangsa. Dalam sambutannya yang menggugah, Ketua Umum PGI Pdt. Dr. (H.C.) Jacklevyn F Manuputty, M.A. menyampaikan bahwa gereja tidak boleh menjadi bangunan homogen yang steril dari realitas sosial, melainkan rumah tangga yang belajar mengelola luka, merayakan perbedaan, dan menjaga roh persaudaraan dalam kesatuan tubuh Kristus, Sabtu (31/05/2025).
“Kemajemukan bukan ancaman. Ia adalah anugerah yang memperkaya etos kita,” tegas Pdt. Manuputty di hadapan para pemimpin gereja, tokoh lintas agama, serta undangan dari dalam dan luar negeri.

Ia menekankan bahwa gereja harus menjadi “tubuh Kristus yang tangguh dan relevan” di tengah dunia yang berubah cepat. Bukan hanya memikirkan keselamatan jiwa secara spiritual, tetapi juga menjadi agen dalam mewujudkan keadilan sosial, kelestarian lingkungan, serta memperkuat demokrasi. Gereja, katanya, tidak boleh menjadi museum kenangan, tetapi laboratorium masa depan.
Dalam sambutannya, ia juga menyampaikan apresiasi mendalam kepada semua pemimpin dan pelayan gereja di seluruh aras, mitra-mitra global, sahabat lintas iman, serta pemerintah Republik Indonesia, yang terus menjaga ruang publik yang inklusif dan penuh solidaritas.
Menanggapi kasus kekerasan terhadap anak SD beberapa waktu lalu karena perbedaan etnis dan agama, ia menyampaikan keprihatinan mendalam dan menyoroti pentingnya ekosistem pendidikan yang membentuk imajinasi kebangsaan yang toleran sejak dini.
“Kita tidak bisa memuji kerukunan sambil menutup mata terhadap ekosistem intoleransi. Iman yang benar bukan hanya percaya, tapi yang mengubah dan mentransformasi,” ucapnya.
Dalam semangat ulang tahun ke-75 PGI, ia mengajak gereja-gereja di Indonesia untuk tidak netral tetapi berpihak, tidak tertutup tetapi terbuka, dan tidak hanya berpikir tapi juga bekerja nyata. Seruan untuk terus memperkuat kerja sama lintas iman, dialog dengan negara, dan solidaritas internasional juga mengemuka dalam sambutan tersebut.
Perayaan yang awalnya dirancang melibatkan puluhan ribu peserta diubah menjadi perayaan yang lebih sederhana karena pertimbangan solidaritas terhadap kondisi ekonomi bangsa. Namun kesederhanaan itu justru ditegaskan sebagai bentuk elegan dari gereja yang peka dan hadir dalam realitas umat.
“PGI bukan monumen. Kita adalah perahu iman yang terus mendayung melawan arus egoisme, eksklusivisme, dan teologi yang lupa bahwa Allah tidak tinggal di balik tembok gereja, tapi berjalan bersama para korban sejarah,” tegas Pdt. Manuputty penuh semangat.
Perayaan diwarnai pula oleh berbagai ucapan selamat ulang tahun ke-75 kepada PGI dari berbagai tokoh dan lembaga, antara lain:
Dr. H. Pramono Anung, Gubernur DKI Jakarta
Komjen Pol. Martinus Hukom, S.I.K., M.Si., Kepala BNN RI
BPK Gunung Mulia
GBI Glow Fellowship Centre
GKR Hemas
Yayasan BPK Penabur
Yayasan Kesehatan PGI Cikini
Majelis Pusat GPPS
Indonesia Berdoa – Gerakan Berdoa Bagi Bangsa
Jakarta Praise Community Church
Majelis Pendidikan Kristen Indonesia
Gerakan Nurani Bangsa
Pdt. Dr. Robin Adi Abraham, Ketua Umum Sinode Gereja Bethel Indonesia
STT Amanat Agung
PP Permabudhi – Persatuan Umat Buddha Indonesia
Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN)
Acara juga dimeriahkan dengan aksi sosial “Harmoni Fest” sehari penuh, serta berbagai dukungan dari gereja-gereja seluruh Indonesia, termasuk dari Kalimantan yang turut hadir dan memenangkan lomba kreativitas PGI.
Sebagai penutup, Pdt. Manuputty membalas pantun yang sempat disampaikan oleh Gubernur DKI:
“Naik delman di hari Minggu,
HUT ke-75 PGI, semangat menyatu.”
Selamat HUT ke-75 PGI. Tuhan memberkati kita semua.
Report, Jp