MINUT, PERISAIHUKUM.COM – Kutipan syair Bertolt Brecht (Penyair Jerman) Buta yang terburuk adalah buta politik. Dia tidak mendengar, tidak berbicara, dan tidak berpartisipasi dalam peristiwa politik. Dia tidak tahu bahwa biaya hidup, harga kacang, harga ikan, harga tepung, biaya sewa, harga sepatu dan obat, semua tergantung pada keputusan politik. Orang yang buta politik begitu bodoh sehingga ia bangga dan membusungkan dadanya mengatakan bahwa ia membenci politik. Si dungu tidak tahu bahwa, dari kebodohan politiknya lahir pelacur, anak terlantar, dan pencuri terburuk dari semua pencuri.
Politisi buruk rusaknya perusahaan nasional dan multinasional. Rasanya tepat sekali untuk menggambarkan kondisi mayoritas masyarakat Indonesia yang buta politik. Kursi-kursi kekuasaan dirasa hanyalah milik para konglomerat dan tidak mungkin dijangkau oleh masyarakat kecil. Kebanyakan masyarakat hanya diikutsertakan untuk meramaikan “pesta” PILKADA, namun setelah itu mereka kembali ke aktifitasnya sehari-hari disibukkan untuk mencari sesuap nasi tanpa ada komunikasi berkelanjutan dengan politisi yang mereka elu-elukan sebelumnya.
Begitu juga halnya dengan kaum buruh atau serikat buruh. Istilah politik masih sangat tabu bagi buruh. mayoritas buruh tidak mengetahui keberadaan Partai Buruh, mayoritas buruh tidak memiliki pengetahuan yang cukup baik terkait visi, misi dan program (platform) partai politik, dan mayoritas buruh masih menghendaki Serikat Buruh tidak terlibat dalam urusan politik praktis. Hal ini menggambarkan bahwa kesadaran dan partisipasi politik kaum buruh masih sangat rendah dan gerakan buruh belum maksimal menggunakan ruang-ruang demokrasi politik yang tersedia sebagai arena untuk memperjuangkan kepentingan kaum buruh. Urusan politik hanya dipasrahkan kepada orang-orang yang tidak kita kenal tanpa mandat yang jelas.
Kedua, bagaimana hubungan antara politik dan buruh? Sanni Lungan menjelaskan bahwa sesungguhnya Periode orde lama gerakan buruh dekat dengan politik, sehingga pada periode itu aturan undang – undang yang dibuat sangat bagus, karena ada peran serta buruh di dalam merumuskan aturan tersebut.
Sejarah juga mencatat bahwa sesungguhnya pada masa orde lama serikat-serikat buruh yang ada pada masa itu merupakan underbownya partai politik. Hal ini menunjukkan bahwa partisipasi politik kaum buruh sudah tinggi ketika itu.
Masih berdasarkan penjelasan, “Pada periode orde baru gerakan buruh dijauhkan dari politik praktis, kita semua disibukkan dengan persoalan di pabrik, padahal persoalan yang kita hadapi di pabrik, kesejahteraan yang kita dapat, semua akibat kebijakan politik. Sehingga asumsi yang melekat adalah bahwa politik itu jahat, politik itu kotor, politik itu sumber perpecahan dan pandangan buruk lainnya,” ungkap Sanni.
Ketiga, Bagaimana kondisi sekarang? “Data yang ada membuktikan hampir 80% anggota DPR berasal dari unsur pengusaha dan orang-orang yang dimodali oleh pengusaha” yang tidak memihak kepada kaum Buruh ungkap Sanni . Dengan kenyataan tersebut, tidak heran mengapa kebijakan-kebijakan perburuhan yang ada saat ini, semakin lama semakin merugikan buruh.
Yang miris adalah pengusaha saja yang sudah menyadari akan pentingnya merebut atau duduk di kursi-kursi kekuasaan guna melanggengkan kepentingan mereka. Lalu mengapa buruh yang notabene adalah kaum mayoritas tidak memanfaatkan arena perjuangan politik sebagai media untuk memperjuangkan hak-haknya.
Keempat, apa kemudian yang harus dilakukan? Menurut Sanni , PILKADA kali ini (2024) semua buruh harus berani menyatakan sikap merubah strategi dengan memilih calon yang ditunjuk oleh serikat (organisasinya) dan berasal dari buruh yang dapat dikontrol oleh kita bersama. Calon yang VISI dan MISINYA mencerminkan kebutuhan kaum buruh. Oleh karena itu, penting bagi kaum buruh untuk mendukung secara real dan ikut dalam memenangkan calon di PILKADA yang Pro Buruh jangan berat sebelah setidaknya harus sama (Membesarkan yang besar tanpa harus mengecilkan yang kecil) . Kaum buruh harus mulai memperluas perjuangannya melalu ranah politik.
Ketua Partai Buruh Minahasa Utara Sanni Lungan Menambahkan, semua ada di Pasangan JG-KWL Dengan perjalanan Politik dari Wakil Bupati Kevin William Lotulung dan Bupati Joune Ganda (JG-KWL) sudah berhasil memimpin Minahasa Utara sampai saat ini walaupun hanya memimpin 3 tahun di karenakan dilanda Pandemi Covid-19, Maka Partai Buruh yang tergabung di dalamnya Serikat Buruh, Serikat Pekerja Serta elemen buruh lainnya di Kabupaten Minahasa Utara menitipkan harapan ke pasangan JG-KWL akan dapat membawa harapan baru Bagi kaum buruh, bukan saja karena network yg dimiliki JG-KWL sampai ke tingkat Pusat dengan melihat contoh banyak partai yang tergabung di Koalisi JG-KWL sekarang, namun komitmen JG-KWL setelah mengarungi langsung nafas keinginan kehendak dan harapan Buruh di Minahasa Utara, dimana JG-KWL siap memperjuangkan peluang peluang dimaksud sehingga secara gradual harapan pekerja Buruh yang dimaksud akan bisa diperjuangkan.
Harapan itupun terkait dgn TEKAD JG-KWL Melindungi pekerja lokal dan Meguragi tingkat pengangguran serta menindak pengusaha yang tidak taat aturan ketenagakerjaan. Jujur secara physicolgis TEKAD tersebut mampu menyentuh harapan dan kepercayaan Pekerja Buruh di Minahasa Utara.
(Nara Sumber : Sanni Lungan/Ketua Partai Buruh Kab. Minahasa Utara).
Biro Minut : L.P